Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Kamis, 25 Desember 20142
komentar
Ujian Serifikasi Keahlian Pelaut Kapal
Penangkap Ikan yaitu Sertifikat Ahli Nautika kapal Penangkap Ikan (ANKAPIN) dan Sertifikat Ahli Teknika kapal Penangkap Ikan ( ATKAPIN )
tingkat I dan II pada tahun 2015 ini dapat belajar dari Soal-soal ujian
ANKAPIN dan ATKAPIN pada tahun-tahun sebelumnya yang telah di ujikan
berdasarkan Permenhub KM 9 tahun 2005.
Untuk
memudahkan nantinya dalam mengerjakan soal-soal tersebut, maka perlu
strategi yang jitu, agar lulus dalam ujian tersebut, terutama tes
tulis. Biasanya soal-soal tes tulis yang di keluarkan tidak jauh berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya. Silahkan untuk untuk down load
soal-soal ANKAPIN dan ATKAPIN tahun-tahun lalu untuk mempermudah menghadapi ujian. Semoga Sukses ..!!
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu DenganPendekatan Ekologis
Pentingnya pendekatan ekologis dalam pengelolaan wilayah
pesisir secara terpadu karena berbagai
sumberdaya hayati serta lingkungan di wilayah pesisir relatif lebih rentan terhadap
kerusakan, dibandingkan dengan wilayah-wilayah atau ekosistem-ekosistem lainnya.
Dari seluruh tipe ekosistem yang ada, biasanya ekosistem pesisir merupakan
wilayah yang mendapatkan tekanan lingkungan yang paling berat (Kay dan Alder,
1999) dalam Ghofar (2004).
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Jumat, 12 September 20140
komentar
MENCEGAH ILLEGAL FISIHING OLEH KAPAL ASING
Oleh : Rendra Eka A
Upaya –upaya yang harus di lakukan
untuk menghindari adanya pencurian ikan (Illegal fishing) oleh kapal-kapal asing adalah; 1. Melakukan perlindungan wilayah
perairan Zona EkonomiEksklusif (ZEE) untuk
pencegahan pencurian ikan (illegal fishing) di wilayah indonesia. Hal ini harus
dilakukan TNI Angkatan Laut sebagai bentukperlindungan wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesiaberkewajiban menjaga kedaulatanIndonesia serta melindungi sumber daya alam
laut dari tindakan-tindakan pencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif . Salah
satu faktor penyebab terjadinya praktek pencurian ikan (illegal fishing) yang terjadi
di wilayah perairan Indonesia adalah lemahnya sikap aparat yang berkewajiban
mengawasi laut Indonesia terutama perairan Zona EkonomiEksklusif (ZEE), dan ini tidak boleh terjadi
dengan cara meningkatkan perlindungan wilayah laut, dengan menambah armada
patroli, penggunaan teknologi Vessel Monitoring System(VMS) sebuah sistem monitoring kapalikan dengan alattransmitoryang berfungsi untuk mengawasi proses penangkapan ikan yang dilakukan di
wilayah perairan Indonesia.
Upaya –upaya yang harus di lakukan
untuk menghindari adanya pencurian ikan (Illegal fishing) oleh kapal-kapal asing adalah; 1. Melakukan perlindungan wilayah
perairan Zona EkonomiEksklusif (ZEE) untuk
pencegahan pencurian ikan (illegal fishing) di wilayah indonesia. Hal ini harus
dilakukan TNI Angkatan Laut sebagai bentukperlindungan wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesiaberkewajiban menjaga kedaulatanIndonesia serta melindungi sumber daya alam
laut dari tindakan-tindakan pencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif . Salah
satu faktor penyebab terjadinya praktek pencurian ikan (illegal fishing) yang terjadi
di wilayah perairan Indonesia adalah lemahnya sikap aparat yang berkewajiban
mengawasi laut Indonesia terutama perairan Zona EkonomiEksklusif (ZEE), dan ini tidak boleh terjadi
dengan cara meningkatkan perlindungan wilayah laut, dengan menambah armada
patroli, penggunaan teknologi Vessel Monitoring System(VMS) sebuah sistem monitoring kapalikan dengan alattransmitoryang berfungsi untuk mengawasi proses penangkapan ikan yang dilakukan di
wilayah perairan Indonesia.
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Senin, 19 Maret 201216
komentar
Kiat dalam mengikuti SNMPTN tahun 2012 agar sukses masuk dalam Perguruan Tinggi Negeri adalah dengan melihat atau mengetahui Passing Grade Perguruan Tinggi Negeri yang akan kita pilih nanti. Tentunya harus kita bandingkan Passing Grade yang telah kita dapat selama mengikuti Try Out SNMPTN 2012 sehingga kita dapat menyesusaikan kemampuan dengan jurusan yang akan kita pilih. Untuk itu kita harus mengetahui berapa perkiraan/ prediksi Passing Grade yang dapat kita capai.
Berikut ini saya tampilkan data Prediksi Passing Grade ITS Surabaya ( Institut teknologi Sepuluh Nopember ) dari tiap-tiap Jurusan tahun 2012 ( Sumber : @ITS_Surabaya on Twitter , 18 Maret 2012 Jam. 21.40 WIB )
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Jumat, 22 April 20117
komentar
Bagi Taruna yang ingin mengambil Serifikasi Keahlian Pelaut Kapal Penangkap Ikan yaitu Sertifikat Ahli Nautika kapal Penangkap Ikan (ANKAPIN) dan Sertifikat Ahli Teknika kapal Penangkap Ikan ( ATKAPIN ) tingkat I dan II pada tahun 2012 ini dapat belajar dari Soal-soal ujian ANKAPIN dan ATKAPIN pada tahun-tahun sebelunya yang telah di ujikan berdasarkan Permenhub KM 9 tahun 2005.
Untuk memudahkan nantinya dalam mengerjakan soal-soal tersebut, maka perlu strategi yang jitu, agar lulus dalam ujian tersebut, terutama tes tulis. Biasanya soal-soal tes tulis tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun berikut. Nah…. sekarang kalian silahkan mendown load soal-soal ANKAPIN dan ATKAPIN tahun-tahun lalu, semoga membantu…
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Senin, 21 Maret 20110
komentar
Bagi adik-adik yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri di tahun 2012. Ada kesempatan untuk mengikuti tes SNMPTN pada antara bulan Mei hingga awal Juni 2012, Nah...sembari mempersiapkan diri untuk memperdalam materi yang di ujikan juga harus mantap memilih Jurusan apa yang nantinya menjadi tujuan kita.
Untuk itu bagi teman-teman yang ingin membangun dunia KEMARITIMAN di Indonesia ini, ada salah satu Jurusan di PTN yang konsen membangun dunia Teknologi Kelautan yaitu Jurusan Teknik Kelautan (Ocean Engineering).
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Jumat, 02 Juli 20104
komentar
Sejarah Singkat Permesinan Kapal
( Marine Engineering )
Kapal ( Vessel ) adalah sebuah alat transportasi di lautan dan perairan lain seperti sungai dan danau. Perkembangan teknologi kelautan (Marine Techology)yang begitu pesat fungsi utama kapal bukan hanya sebagai pengangkut barang dan penumpang. Namun banyak jenis kapal yang dibuat untuk keperluan khusus, seperti kapal perang, kapal ikan, kapal pesiar (yacht), kapal semisubmersible seperti kapal selam dan lain-lainnya . Beberapa abad silam, kapal di laut hanya digerakkan dengan tenaga manusia (dayung) dan angin. Seiring dengan perkembangan teknologi, kecuali untuk olah raga, kapal yang didayung dengan tenaga manusia dan yang didorong angin, sudah jarang digunakan. Mesin telah menjadi pengganti tenaga penggerak kapal yang sangat efektif, dan mesin penggerak kapal semakin berkembang seiring kemajuan teknologi. Kapal bukan saja semakin cepat, tetapi juga semakin besar dan fungsinya semakin bervariasi.
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Sabtu, 12 Juni 20100
komentar
POTENCY AND FACT OCEANIC OF PROBOLINGGO INDONESIA
By : Rendra Eka A, S.T
The Geographically, Region Town of Probolinggo in northside about on direct with sea that is Strait of Madura, for the reason some of its resident of atctivity and living at elbow coast or in coastal area. Long of regional coast Town of Probolinggo is around 7 Km with various society activity in it. In general society in area coastal area of Town of Probolinggo, having living as fieldsman fisherman, Aquaculture of fish in fishpond, and also processor of fish. Do life of society coastal area of Town of Probolinggo trot out at range of time recently progressively expand the. The growth non without reason along expanding it activity of development and economics in region. But that way non meaning the the growth is not at all generate impact, both for negativity and also which are positive. We will smile to ekses which are positive, but we need to worry to negative impact which is later generated.
Strategic of regional him of coastal area and sea to rotation of economics wheel is and also supported by variety height involve, making this area represent place all kinds of activity of human being. Settlement, assorted factory of type, harbour, supermarket, roadway of in coastal area. Do not only in land, in our sea meet also various activity, like fishery, drilling of gas and oil, sea transport good to sport, recreation and also for commercial.
Growth of coastal areaTown of Probolinggo is very supported by good transportation medium of sea and also land. Port of “ Tanjung Tembaga” represent port of commercial ommission of era colonization of Dutch. That thing seen from various building form in and port of dock which adequate very as its moorage of ship and boat. Whether fishery ship and also merchantman. Road-Works Of Circumference North also represent and clop growth of economics in area. Especially for the round of area got through by circular’s road of the north which is unfolding as long as Sub-District Of Pilang, Sukabumi, Mayangan and of Mangunharjo.
When Threat Arrive
High Development intensity, in the reality give big pressure and impact to of coastal area resource and sea. Activity of destructive fishery like usage of explosive, cyanide poison, mining of rock, and hewing of mangrove to the transfer of damage coastal area farm of coastal area ekosistem and sea, like mangrove ekosistem and coral rieef. If even also do not [do/conduct] hewing but the existence of reklamasi to coast of course will more or less changing the condition of coastal environment. (It) is true don’t all activity mutilation of environment is such as those which outlined in to the happened in coastal area of Town of Probolinggo. But society and of course government have to remain to allert.
Development and plan of operasionalisasiPort Of Fishery of Coast of Mayangan as industrial estate and commerce of fishery will influence the condition of environment around area. Amenity access in area coastal area of Town of Probolinggo [pass/through] road-works of Circumference North estimated will progressively industrial life memperpadat in area. Not to mention plan rehabilitate Port Of Commercial of “Tanjung Tembaga” of course also of line give other contribution to environmental degradasi.
Some environmental degradasi scenario started from several things which very possible happened in area coastal areaTown of Probolinggo. First, heaping of industrial garbage and doorstep house around coast. Possible people think when them throw away garbage in coast, hence water go out to sea to through its wave will sweep away the the garbage don't know where. Though all of us know that difficult plastic garbage very elaborated by nature. Automatic of the mentioned will progressively defile water go out to sea and area around coast. Water go out to sea and dirty coast will at moment's notice generate environmental degradasi. We can see in coast in westsidePort Of Commercial of Tanjung Tembaga. What a household scrapheap very bother view. That newly household garbage. Conceiving if industrial to later expand in area coastal area of Town of Probolinggo. Industrial Garbage even also will partake also menymbang damage of environment in
Coastal Area Of Town of Probolinggo. Not to mention if Port Of Fishery of Coast of Mayangan operated, will progressively wide of again area coastal area of have garbage. Wow ! Of course attention of our pertam is problem of waste and garbage to Strait of Madura which is some of entering Town region of Probolinggo. It is true, dismissal of garbage to sea is to easiest action engulf garbage. But sea remain to is not last garbage place of exile! Sea remain to have to be paid attention its continuity.
Second scenario is the existence of wild hewing of forest of mangrove to various importance. Directly this matter will result the happening of coastal abrasi. Condition of sea in Town region of Probolinggo is high of sediment. This matter will strengthen energi waving which punching coast. Because items brought by waving sea not merely water, but also bring sediment mud items and sand. function of Mangrove as penahan of and wave of breakwater ( knapping of wave) will lose when deforestation of mangrove. What is going on? First Abrasi as effect of inexistence penahan of energi waving punching coast, hereinafter is water intrusi go out to sea to source of land water. Water Intrusi go out to sea is diffuse it the nature of water go out to sea to source of water in land. Don'T surprise if later the source of water in Town continent of Probolinggo will felt brackish or briny even. That is a effect of which very possible happened.
Other effect is we can see that what a now difficult to very catch big fishs in area ocean. Even so there is possibility of the big fish non from ocean area around Town of Probolinggo. Why this can happened? Simply can be explained by that any that effect of solidarity of first scenario and second above.
Grove as place multiply fish and involve sea have decreased, on the other hand many water area go out to sea have impure by material and garbage of polution other. If ocean environment and coastal area continue to experience of degradasi, is not possible our offspring later shall no longger recognize kerapu, kakap, stromateus. The fishs will only there is in history books, like us recognize dinosaur history. Inexistence of mangrove in some coastal area in various area especially in region which abut on free sea make coastal area citizen suffer when happened high water. Cause in among November until Februari and March, high water can enter till to is countrified of fisherman and soak their house. Whereas abrasi not merely coastal menggerus but also agriculture farm, walke, plantation, and is countrified of resident.
We not yet conversed about effect of longer meter which now have started us feel. Global Warm-Up. Yes, a change of climate! Mangrove is to lessen the warm-up, lessening influence of glasshouse effect. If forest of mangrove /finished, then what which we can perbuat to prevent global warm-up?
Coastal reclamation which promiscuously third scenario adala which possible happen in Town of Probolinggo and which can result the existence of environmental degradasi. such reclamation here is hide away of coast to various importance. Basically hide away of coast which promiscuously and without calculation will result coastal area and ecosistem. Ugly influence which possibly will happened is water intrusi go out to sea and sedimentation imbalance. Sedimentation imbalance will result change of coastline. Change of this coastline happened effect of sedimentation adanya at] side which is one and abrasi [at] other side. As sedimentation note will result increasing land area it, while abrasi will result decreasing continent area [him/ it].
Start To Arrange Self.
One of the important effort strarting applied many in lessening impact of degradasi oceanic resources is development of conservation program go out to sea to through forming and management of Area Conservation Sea. This Step is viewed as by the way of most effective to protect various involve sea along with economic value consisting in in it ( DKP, 12 March 2007)
Area Conservation at the Sea formed in a[n coastal area region and sea with clear and coherent geographical boundary, specified to be protected to through instrument punish or order fasten otherly, with a purpose to conservation of resource involve and activity of going concern fishery around. really, intention specifying of Area Conservation at the Sea is to can preserve service and function of ecosystem ( services ecosystem) the to ecological balance and prosperity of human being.
Congeniality of conservation here is not narrow, where is often misinterpreted that if/when a[n area specified as Area Conservation at the Sea hence going into effect ' zone take no' it’s zone which may not or is at all cannot be managed and exploited. Conservation widely contain meaning strive protection, continuation of and exploiting wisely and also continue.
Peripheral of policy relate to conservation for example UU NO. 5 Year 1990 about Conservation of resources Involve, UU No. 1994 about Convention of PBB concerning Variety Involve, UU No. 31 year 2004 about Fishery, UU No. 32 Year 2004 about Governance Of Area, PP No.69 Year 1998 about Natural Area Asylumand Area of Continuation Of Nature, PP No.7 Year 1999 about Pickling of Type Plant and Animal, PP No. 8 Year 1999 about Exploiting of Type Plant and Wild Animal, and also regulations published by some Local Government.
Withthe order bases hence Government of Town of Probolinggo first require to apply Area Conservation program Go out to sea and also invite at the same time give pressure to society. such pressure is in effort preserve environment of to Area Conservation at the Sea. Considering that Town of Probolinggo will continue to expand as solid area, either by industrialization and also growth of automatic transportation will also entangle coastal area as especial prop of dynamic’s. Of course must be done inwroughtly among related on duty like DKLH, On Duty Agriculture, On duty Oceanic and Fishery, On duty Communication and also peripheral of enforcer punish that is Dispol PP and Police and also Office of Linmas.
As step early AreaConservationSea program require to be conducted by mapping of coastal area and sea as base settlement of environment. This step have been conducted by On duty Oceanic and Fishery of Town of Probolinggo through activity of Plan of Detail Regional Planology of Area of coastal and Sea. The Planning relied on natural sumberdaya. Result of from this planning can be made basis for management morely everlasting regional coastal area area of Town of Probolinggo. Planning of comprehensive regional planology for the of development and very needed in attainment of optimal development result. Of course long-range with a purpose to that protection to environment more is placed forward.
Under colour of the planology plan also government have to start which of place which can reclamation for the sake of which location and society is which expressly have to be obviated from coastal reclamation. But in general government better have to expressly prohibit the existence of reclamation and deforestation of mangrove.
Second step is settlement of peripheral of order of management of coastal area area environment. Governmental and also people through DPRD should have started dare to take initiative to plan even decide by law arranging development, exploiting and also protection, continuation of and exploiting wisely and also continue. After all in this country of regulation still have to be made as vitally peripheral in straightening of management of environment. This a big work and very insist on to remember growth of management of coastal area region and sea in Town of Probolinggo which still growing rapidly. It is true, area coastal area of Town of Probolinggo relative don’t too wide of, but non meaning that thing can be trifled from facet punish and third step regulation.
Started RehabilitateForest of Mangrove.
Settlement of peripheral of order of management of coastal area area environment. Governmental and also people through DPRD should have started dare to take initiative to plan even decide by law arranging management, exploiting and also protection, continuation of and exploiting wisely and also continue. After all in this country of regulation still have to be made as vitally peripheral in straightening of management of environment. This a big work and very insist on to remember growth of management of coastal area region and sea in Town of Probolinggo which still growing rapidly. It is true, area coastal area of Town of Probolinggo relative do not too wide of, but non meaning that thing can be trifled from facet punish and its order.
Forest of mangrove. in Town of Probolinggo have forest about 60 Km2. While other physical fact is the amount of sediment volume of floated off to area go out to sea around Town of Probolinggo the including high relative. Not to mention hardly of wind. Cultivation return forest of mangrove have some target. Especial target is as billows of waving before slaming coastal lip. Like have been explained above that by lessening energi waving slaming coastal lip hence some benefit can be taken among others lessen and abrasi of intrusi sea water, and also sedimentation which is is uneven.
Little Contribution To Saving of Earth.
Forest contribution of mangrove drawn from its function of itself, like barrier to coastal erosion and wave attack, processing of organic waste, place forag, and laying eggs various sea organism go out to sea like prawn and fish.
Besides as habitat various animals life type, producer of and wood of non-kayu and also potency of ecotourism. As note of Ecotourism is a[n area of wisata being based on [at] \line
conservancy of itself environment.
Change, Climate
Highlighted as global issue most important in era this time, can be controlled with regional conservation of coastal area and ocean, where sea represent element of dominant in forming of climate ( DKP, 2007). With conservation, hence plant like mangrove can grow close and better so that can lessen sunshine intensity and weaken change of temperature on the surface of go out to sea. Besides, mangrove earn also function as barrier of pollutants able to improve sea water temperature.
Through cultivation of mangrove, like also cultivation various crop type in land of course will very assist to lessen glasshouse effect. Lessening glasshouse effect to earth of course will prevent global warm-up. Preventing global warm-up of course will a little a few/little to save earth !
So, of course last expectation of us is immediately partake to support the continuation of environment especially in this case is environment in coastal area area. Of course also all of us, governmental and society have to improve [him/it] it[him] manifestly in a step of[is continuation of environment. For the shake of a mission saving of earth. Yes, a few/little our contribution in saving of earth passing the continuation of coastal area area environment, what we start from area coastal area of Town .
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Senin, 24 Mei 20103
komentar
Jumlah tabrakan kapal di laut dewasa ini semakin tinggi, hal ini di karenakan pada sistem pengendalian kapal yang kurang efektif, bahkan umumnya kapal tidak mempunyai pengereman pada sistem penggerak utama kapal.
Hal itulah memunculkan pemikiran oleh tiga mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Fakultas Teknologi Kelautan (FTK), Ika Suwandi, dari Jurusan Teknik Kelautan, Suriyono dari Jurusan Teknik Perkapalan dan Yuda Apri, dari Jurusan Teknik Sistem Perkapalan untuk membuat terobosan teknologi kreatif untuk dibawa dalam ajang lomba Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS 2010) dengan melakukan penemuan ” Sistem Pengereman Kapal Berbasis Water Jet Propulsion Sebagai Solusi Pencegahan Kecelakaan Tabrakkan Kapal"
Ketiga mahasiswa tertarik akan masalah tersebut ketika mereka melihat terjadi 55 hingga 208 kasus kecelakaan kapal di laut antara tahun 2004 hingga 2008 dikarenakan oleh tubrukan kapal, padahal peralatan navigasi pelayaran pasda mada ini semakin canggih, tetapi tubrukan tetap tidak dapat dihindari. “ Hal ini terjadi sistem mengerem kapal pada saat ini tidaklah bekerja secara efektif,” Ika Suwandi berkata.
Selama ini kapal menggunakan sistem pengereman yang konvensional dengan didasarkan pada suatu pembalikan putaran baling-baling kapal. Sistem ini menunjukkan beberapa kelemahan yaitu tidak bisa membawa kapal berhentian mendadak oleh karena waktu dan jarak berhenti yang diperlukan tergantung pada ukuran dan jenis baling-baling, bahkan baling-baling cenderung akan pecah jika secara tiba-tiba di putar mundur atau terbalik.
Setelah beberapa bulan melakukan studi dan eksperimen di bawah bimbingan dosen Hasan Ikhwani ( Dosen Teknik Kelautan), para mahasiswa membuat suatu sistem rem kapal berdasar cara kerja water jet propulsion yaitu dorongan dari pancaran air .
Water jet propulsion sistem kerjanya dengan gerakkan perpindahan air dengan sangat cepat (superfast) pada kapal untuk mengerem kapal secara efektif. Air ditarik dari di bawah kapal ke dalam suatu pompa jet (pump-jet) masuk kedalam kapal dan kemudian dikeluarkan dengan tekanan tinggi oleh alat pemercik untuk melawan gaya dorong kapal. “ Dengan penggunaan propulsi jet air ini, kapal dapat dihentikan lebih secara efektif,” kata Ika Suwandi
Untuk memaksimalkan efektivitasnya, sistem ini diinstall/ di pasang di haluan dan buritan kapal.
Dalam pengujian di laboratorium di dapatkan suatu perbandingan 1:2 kekuatan pancaran air untuk diperlukan kapal dapat berhenti secara efektif. Jika suatu kapal yang berlayar dengan kecepatan pada 20 Knot maka untuk menghetikan kapal tersebut diperlukan pancaran air dengan kecepatan setengahnya.
Ika Suwandi berkata test telah menunjukkan bahwa jika perbandingannya diubah, dengan suatu pancaran lebih tinggi, sistem rwem kapal menjadi tidak efektif, sebab buritan kapal akan terangkat dan kapal akan dapat terbalik.
Kepala Pusat Rancang-Bangun & Disain Kapal Nasional - Aries Sulisetyono- mengangkat topi atas kreativitas mahasiswa. " Ini bisa menjadi suatu solusi penting bagi masalah pelayaran dsi dunia," Aries berkata.
Yohanes Sihombing, Direktur PT. Pelni Cabang Surabaya mengakatakan bahwa itu bisa menurunkan banyaknya peristiwa kecelakaan di laut. " Hal ini akan kami sharingkan bersama dengan asosiasi pelayaran ," ia berkata.
( Sumber : Tempo dan Jakartaglobe.com, 24 Mei 2010 )
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Sabtu, 24 April 20100
komentar
Tumpahan Minyak Montara, Mengancam Nelayan Indonesia
Oleh : Rendra Eka A, S.T
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadi Ledakan Dasyat (Blow Out) di lepas pantai Celah Timor tepatnya di Ladang Minyak Montara di Blok West Atlas, Laut Timor, perairan Australia dengan posisi 12041’S/124032’ T mengakibatkan tumpahan minyak yang maha dasyat. Dimana akibat ledakan itu minyak mentah di dasar laut itu keluar sekitar 500.000 liter per hari atau sekitar 1.200 barel menggenangi lautan per harinya. Pencemaran minyak kali ini sangat besar dan dampaknya hingga ke kawasan pantai selatan Pulau Rote dan Pulau Timor bagian selatan dan tingkat keparahannya lebih besar di bandingkan dengan bencana Lumpur LAPINDO Sidoarjo. Muntahan minyak mentah tersebut hingga saat ini belum bisa di atasi oleh Otoritas Australia sehingga tumpaham minyak tersebut terus mengalir seperti sungai Amazon yang mengalir diatas lautan.
Otoritas di Australia mengakui tumpahan minyak mentah akibat meledaknya ladang minyak Montara di Celah Timor, telah memasuki perairan Indonesia. Tumpahan itu kini telah mendekati 51 mil laut dari Pulau Rote yang terletak di wilayah paling selatan Indonesia dan mengancam seluruh biota laut di perairan Indonesia terutama sumberdaya perikanan, termasuk rumput laut yang dibudidayakan secara besar-besaran di Rote Ndao.
Pelaku perikanan tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu nelayan-nelayan tradisional telah terancam mata pencahariannya akibat tumpahan ladang minyak tersebut karena pencemarannya sudah memasuki perairan Indonesia. Sejumlah aktivis lingkungan mendesak pemerintah Australia segera menghentikan dan bertanggung jawab atas pencemaran tersebut. Pihak Australia melalui Australia Maritime Safety Authority (AMSA) telah mengakui secara resmi bahwa tumpahan minyak dari The Montara Well Head Platform telah memasuki wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) sekitar 51 mil laut tenggara Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao. “Diperkirakan sekitar 500.000 liter per hari minyak mentah yang keluar.
Sementara itu masyarakat sekitar sudah mulai mengalami sakit akibat makan ikan tercemar dan nelayan tradisional kian sulit untuk melaut di perairan Laut Timor. Penghasilan laut nelayan menurun hingga 60 persen, masyarakat sekitar banyak yang sakit di bagian pencernaan akibat mengonsumsi hasil laut yang tercemar tersebut Dan ribuan nelayan tidak bisa melaut.
Kebocoran minyak yang mencemari Laut Timor tersebut kian mencemaskan. Sejauh ini, upaya pencegahan yang dilakukan pihak Australia adalah menyemprotkan dispersant, yang berdampak menyembunyikan genangan minyak ke dasar laut. Ini tidak menyelesaikan masalah, justru memindahkan masalah, di dasar laut malah akan merusak karang, dan padang lamun yang berupakan tempat pemijahan ikan secara alami.
Untuk itu kepada pemerintah Indonesia seyogyanya harus tegas bersikap kepada Otoritas Austaralia untuk meminta pertanggungjawaban dan ganti rugi atas rusaknya laut kita di daerah paling selatan Indonesia. Sehingga kewibawaan kita sebagai salah satu Negara Maritim terbesar di dunia tetap tegak berdiri, bukan ???
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Sabtu, 06 Februari 20102
komentar
POTENSI
Secara geografis, Wilayah Kota Probolinggo di sebelah utara berbatasan langsung dengan laut yaitu Selat Madura, oleh karenanya sebagian penduduknya beraktifitas dan berdomisili di dekat pantai atau di kawasan pesisir. Panjang pantai wilayah Kota Probolinggo adalah sekitar 7 Km dengan berbagai aktivitas masyarakat di dalamnya. Secara umum masyarakat di kawasan pesisir Kota Probolinggo, mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan, pembudidaya ikan di tambak, serta pengolah ikan. Derap langkah kehidupan masyarakat pesisir Kota Probolinggo pada kurun waktu akhir-akhir ini semakin berkembang. Perkembangan tersebut bukan tanpa alasan seiring berkembangnya kegiatan perekonomian dan pembangunan di wilayah tersebut. Namun demikian bukan berarti perkembangan tersebut sama sekali tidak menimbulkan dampak, baik yang negatif maupun yang positif. Kita akan tersenyum terhadap ekses yang positif, namun kita perlu khawatir terhadap dampak negatif yang kelak ditimbulkan.
Strategisnya wilayah pesisir dan laut bagi perputaran roda perekonomian serta ditunjang oleh tingginya keanekaragaman hayati, menjadikan daerah ini merupakan tempat segala macam kegiatan manusia. Pemukiman, pabrik berbagai macam jenis, pelabuhan, supermarket, jalan raya tumpah ruah di area pesisir. Tidak hanya di darat, di laut kita jumpai pula berbagai aktivitas, seperti perikanan, pengeboran
minyak dan gas bumi, pelayaran baik untuk olah raga, rekreasi maupun untuk niaga.
Perkembangan wilayah pesisir Kota Probolinggo amat ditunjang oleh sarana transportasi baik darat maupun laut. Pelabuhan Tanjung Tembaga merupakan pelabuhan niaga peninggalan jaman penjajahan Belanda. Hal itu terlihat dari berbagai bentuk bangunan di dalam pelabuhan dan bentuk dermaga yang amat memadai sebagai tempat berlabuhnya perahu dan kapal. Baik kapal niaga maupun kapal perikanan. Pembangunan Jalan Lingkar Utara juga merupakan pemicu dan pemacu derap perkembangan perekonomian di kawasan tersebut. Terutama untuk sepanjang kawasan yang dilintasi oleh Jaln Lingkar Utara tersebut yang terbentang sepanjang Kelurahan Pilang, Sukabumi, Mayangan dan Mangunharjo.
Ketika Ancaman Tiba
Intensitas pembangunan yang tinggi, ternyata memberikan dampak dan tekanan yang besar terhadap kelestarian sumber daya pesisir dan laut. Kegiatan perikanan destruktif seperti penggunaan bahan peledak, racun sianida, penambangan karang, dan penebangan mangrove untuk pengalihan lahan pesisir merusak ekosistem pesisir dan laut, seperti ekosistem mangrove dan terumbu karang. Jika pun tidak melakukan penebangan namun adanya reklamasi terhadap pantai tentu akan sedikit banyak merubah kondisi lingkungan pantai. Memang tidak semua aktivitas perusakan lingkungan seperti yang digambarkan di atas terjadi di kawasan pesisir Kota Probolinggo. Namun masyarakat dan tentu saja pemerintah harus tetap waspada.
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Rabu, 20 Januari 20102
komentar
EKOWISATA HUTAN MANGROVEBERBASIS MAYARAKAT
DI KOTA PROBOLINGGO
Oleh : * Rendra Eka A
Kawasan hutan mangrove (mangrove forest) atau yang lebih dikenal dengan hutan bakau akhir-akhir ini ramai dikembangkan untuk digunakan sebagai sebuah objek wisata alternatif (alternative tourism) untuk menarik minat wisatawandengan nuansa yang berbeda. Hutan mangrove adalah hutan tropis yang hidup dan tumbuh di sepanjang pantai berlumpur, berpasir atau pada kawasan estuary, dimana ekosistemnya merupakan daerah transisi yang di penaruhi oleh faktor-faktor darat dan laut didalamnya terdapat komponen flora dan fauna yang beragam (Pramudji, 2000).
Komponen flora yang hidup pada hutan mangrove adalah tumbuh-tumbuhan seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp., pedada (Sonneratia Sp.) ( Dahuri dkk, 2008) dandari hasil penelitian sepanjang Patura Jawa Timur telah ditemukan lebih dari 25 jenis tumbuhan mangrove (Prigi Arisand, 2009). Komponen fauna didalamnya termasuk berbagai hewan air seperti kepiting bakau, kepiting renang (Scylla serrata), udang (Acetes), dan berbagi ragam ikan yang hidup di kawasan mangrove. Selain terdapat berbagai jenis burung yang sering kita jumpai seperti kuntul (Egrettaalba), Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus), Belibis kembang (Dendrocygna arquata), Pecuk ular (Anhinga melanogaster), dan jenis burung lainnya dan berbagai serangga seperikupu-kupu salmonara, lebah penghasil madu dan serangga lainnya.
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Minggu, 25 Oktober 20091 komentar
Oleh : Rendra Eka A, S.T
Negara Indonesia sebagai bangsa yang berkembang (developing nation) mempunyai angka kemiskinan yang cukup tinggi, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) per bulan Maret 2008 mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia berjumlah 34,96 juta jiwa, dimana bangsa ini harus secara kreatif, produktif dan mencari terobosan kebijakan untuk dapat terus memacu pembangunan ekonomi bagi kemajuan dan kesejahteraan seluruh rakyat secara adil dan berkelanjutan (sustainable).
Bangsa Indonesia secara fisik dan nyata merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.00 Km terpanjang ke dua setelah Kanada (Dahuri dkk, 2006) dengan luas laut 5,8 juta km2 ( 75% dari total wilayah nusantara ) atau sama dengan 57 kali luas negara Belanda, 5 kali luas Jepang dan 2 kali luas negara Pakistan. Fisik dari bangsa kita ini menjadikan Indonesia sebagai negara teritorial laut terluas di dunia sehingga potensi kelautan yang terkandung didalamnya sangat luar biasa.
Potensi kelautan Indonesia di dalamnya dapat kita pilah menjadi 4 kelompok sumber daya kelauatan yaitu pertama adalah sumber daya alam terbarukan (renewable resourses) antara lain adalah perikanan, hutan bakau (mangrove), rumput laut (seaweed), padang lamun (seagrass) dan terumbu karang (coral reefs),kedua sumber daya alam tak terbarukan ( non renewable resourses) yaitu minyak, gas bumi, timah, bauksit, biji besi, pasir kwarsa, bahan tambang, dan mineral lainnya. Ketiga adalah energi kelautan berupa energi gelombang, OTEC (Ocean Thermal Energy Convertion), pasang surut dan arus laut. Keempat berupa laut sebagai environmental service dimana laut merupakan media transportasi, komunikasi, rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, pertahanan dan keamanan, pengatur iklim (climate regulator) dan system penunjang kehidupan lainya (life-supporting system).
Dengan modal potensi kelautan yang kita miliki tersebut tidak salah jika ini digunakan sebagai tumpuan pembangunan ekonomi masyarakat guna mewujudkan kesejahteraan dan keadilan yang berkelanjutan, hal sejalan dengan kondisi populasi masyarakat Indonesia, dimana 65% dari total jumlah penduduk di Indonesia berada pada wilayah pesisir, dan mereka hidup bertopang pada potensi laut yang begitu besar.
Suatu yang ironi sekali masyarakat pesisir yang bermukim di dekat lautan dengan berbagai jenis potensi yang ada, ikan, rumput laut, hutan mangrove dan berbagai sumber daya kelautan yang lainnya selama ini tidak membuat masyarakat pesisir hidup berkecukupan, bahkan 70% dari pelaku kegiatan ekonomi kelautan terutama para nelayan tradisional, pembudi daya ikan, para awak kapal, industri kecil kelautan yang semuannya bermukim di wilayah pesisir masih hidup dalam jeratan kemiskinan.
Ada beberapa permasalahn yang perlu kita cermati terhadap lemahnya perekonomian masyarakat pesisir yang pada umumnya para nelayan yaitu pertama kebijakan perekonomian untuk masyarakat masih bersifat teretorial (daratan) sedangkan pembangunan masyarakat yang berbasis kemaritiman masih belum maksimal, karena kita masih setengah hati memandang masyarakat pesisir dimana kelompok masyarakat ini dianggap tidak potensi dan tidak memberikan kontribusi langsung terhadap pembangunan nasional kita. Kita cenderung melihat industri-industri besar didaratan yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional ini terbukti kredit modal mengalir deras pada industri-industri tersebut.
Permasalahn yang kedua adalah rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat pesisir sehingga ketrampilan yang di miliki penduduk pesisir terbatas pada masalah penangkapan ikan disamping kurangnya pengetahuan tentang pengolahan lingkungan laut dan kehidupan ikan, pola hidup masyarakat pesisir yang masih cenderung konsuntif, dan kurangnya partisipatif masyarakat pesisir dalam pembangunan kelautan dan untuk peningkatan kesejateraan di kawasan pesisir, ini terlihat masih adanya sebagian masyarakat nelayan melakukan praktik penangkapan ikan dengan menggunakan bom, penggunaan racun sianida dalam penangkapan ikan. Perusakan dan pengambilan terumbu karang untuk dijual padahal terumbu karang merupakan tempat perkembangan biakan ikan dan pada tahun 1998 -hampir 10 tahun yang lalu- menurut Suharsono -peneliti oseanologi LIPI- hampir 70% ekosistem karang di lautan Indonesia mengalami kondisi rusak hingga rusak parah, tinggal 6,4% dalam kondisi yang sangat baik. Kerusakan terumbu karang ini ini secara langsung merusak lingkungan masyarakat pesisisr itu sendiri sehingga berakibat hasil tangkapan mereka kian sedikit sehingga mereka masuk kejurang kemiskinan yang lebih jauh lagi.
Melihat adanya permasalahan yang begitu kompleks dalam pembangunan kelautan sebagai modal negara kita dalam mensejahterakan masyarakat secara adil dan berkelanjutan terutama pada masyarakat pesisir maka diperlukannya kebijakan pembangunan yang berorentasi kelautan yaitu pembangunan masyarakat berbasis kemaritiman. Dengan melalui berbagai strategi kebijakan untuk membantu membangun dan mengembangkan kemampuan dan kekuatan masyarakat itu sendiri dengan berdasarkan pada pengembangan potensi alam lingkungan (laut/pesisir) daerah tersebut.
Kebijakan pembangunan ekonomi berbasis kemaritiman yang turun ke masyarakat pesisir berupa program-program tentunya harus dilaksanakan dengan tepat dan cepat di terima oleh masyarakat. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan masyarakat pesisir yang notabene tingkat pendidikan masih rendah untuk dapat menjalankan program-program pembangunan dengan benar. Participatory Rural Appraisal(PRA) merupakan aternatif dalam menjalankan suatu kebijakan yang berkaitan dengan masyarakat, PRA merupakanmetode pendekatan partisipatif yang menekankan pada uapaya-upaya peningkatan partisipatif masyarakat dalam mengkaji lingkungan sekitarnya untuk melakukan perencanaan program, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Sehingga dengan metode tersebut diharapkan kebijakan tersebut cepat diterima dan di jalankan oleh masyarakat disamping merupakan pembelajaran bagi masyarakat pesisir itu sendiri.
Kebijakan yang di buat oleh para pelaku kebijakan baik legestatif dan eksekutif dalam melakukan pembangunan masyarakat pesisir yang berbasis kemaritiman di daerah setempat harus memprioritaskan usaha-usaha peningkatan ekonomi mereka sebagai berikut pertama peningkatan perbaikan lingkungan pesisir yaitu dengan tegas bersama masyarakat untuk menjaga dan mencegah adanya perusakan laut dan pantai, kedua peningkatan pendidikan dan keterampilan masyarakat pesisir. Pendidikan akan tahu, sadar dan mampu mengelolah perairan laut disamping ketrampilan/pelatihan masyarakat pesisir akan manajemen perikanan, pengolahan hasil tangkap dan teknologi kelautan lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat itu sendiri. Ketiga peningkatan teknologi kelautan secara inovatif supaya hasil produksi melimpah misalnya dengan meningkatkan motorisasi perahu/kapal ikan agar perahu jangkauannya lebih jauh di tengah laut, meningkatkan pengetahuan perawatan kapal dengan baik, teknik penangkapan ikan yang lebih modern dan teknologi pengolahan dan pengawetan ikan dan teknologi lain. Keempat mendorong di bentuknya lembaga atau organisasi masyarakat pesisir, hal ini untuk mempermudah jalannya program-program yang di luncurkan oleh pemerintah, lembaga ini bisa berbentuk BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat), KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat), Koperasi dan organisasi masyarakat lainya. Kelima adanya tunjangan modal bagi masyarakat pesisir. Tunjangan modal ini perlu diusahakan dalam bentuk pemberian bantuan kredit lunak dengan prosedur sederhana dan mudah, misalnya melalui lembaga keuangan yang dibentuk masyarakat itu sendiri (sistem syariah/mudharobah), Koperasi Nelayan dan dengan memberikan bantuan dana bergulir (revolving fund) di mana mekanismenya dengan membentuk kelompok usaha bersama masyarakat nelayan yang dikelolah oleh suatu badan yang dibentuk masyarakat itu sendiri, misalnya BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) tentunya mereka di berikan bekal dalam manajerial dalam pengelolahannya.
Prioritas - prioritas pembangunan masyarakat pesisir di atas harus segera dilaksanakan secara cepat dan berkelanjutan dan tentunya dengan mengguanakan model PRA agar cepat dirasakan oleh masyarakat pesisir, kita berharap dengan dilantiknya kabinet gotong royong ke 2 dimana menteri yang membidangi kelautan dan perikanan segera melakukan terobosan-terobosan cerdas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir yang merupakan 65% dari total pendududuk bangsa ini dengan membangun ekonomi masyarakat berbasis kemaritiman. Dan kita siap menunggu gebrakan kebijakan yang inovatif yang natinya benar-benar dirasakan oleh masyarakat pesisir yaitu para nelayan pada umum.
Diposting oleh
Rendra Eka A, S.T
Sabtu, 17 Oktober 20091 komentar
Oleh : Ir. Daniel M.Rosyid, Phd.MRINA
Dosen T.Kelautan ITS Surabaya
PENDAHULUAN
Ada tiga alasan mendasar mengapa JSS adalah sebuah mega-mubazir, blunder teknologi, dan ekonomi regional untuk “menghubungkan” Jawa-Sumatra. Alasan pertama, secara paradigmatik, JSS adalah turunan paradigma pulau besar yang memandang laut dan selat sebagai pemisah, atau paling tidak semacam sungai besar. Manusia pulau besar cenderung memaksakan kudanya (untuk zaman sekarang adalah mobilnya) untuk menyeberang. Paradigma kepulauan memandang laut dan selat justru sebagai penghubung (jembatan) alamiah, sedangkan kapal adalah alat angkut yang cocok untuk memanfaatkan daya dukung air laut tersebut bagi muatan yang diangkut kapal-kapal tersebut..
Alasan kedua, secara topologi, jembatan hanya solusi jarak terpendek bagi concave landmass domain yang lahir dari cara berpikir pulau besar. Untuk negara kepulauan, dengan ruang topologi yang jauh berbeda, satu jembatan justru membentuk artificial concave landmass domain yang problematik karena justru menurunkan connectedness-nya. Artinya, kehadiran jembatan justru menuntut adanya jembatan tambahan agar connectedness kedua pulau dapat dipertahankan.
Solusinya adalah paradigma kepulauan yang membuka relaxed design domain tanpa mengubah ruang topologi landmass yang sudah ada. Solusi untuk relaxed design domain itu adalah kapal (penyeberangan/ferry), yang teknologi generasi terkininya sudah tersedia dan well-proven. Air laut bersama sistem ferry canggih ini membentuk jembatan alamiah dalam jumlah tak-terbatas sehingga mempertahankan connectedness kedua pulau.